Pelayanan Gizi
Pasien Rawat inap dan Rawat Jalan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian
integral dan kesehatan Paripurna Rumah Sakit dengan beberapa kegiatan, antara
lain Gizi Rawat inap dan Rawat Jalan. Pelayanan Gizi Rawat inap dan Rawat jalan
adaIah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan melalui
makanan sesuai penyakit yang diderita.
1 . 1 Proses Pelayanan Gizi Rawat map dan Rawat
Jalan
Proses Pelayanan Gizi Rawat inap dan Rawat Jalan terdiri atas empat tahap, yaitu:
(1) asesmen atau pengkajian gizi; (2) perencanaan pelayanan gizi dengan
menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi pelayanan gizi sesuai rencana;
(4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi. Proses pelayanan gizi rawat inap
dan rawat jalan dapat dilihat pada Gambar 1.1
1.1.1 1.1.1 Asesmen atau Pengkajian Gizi
Setelah pasien dirawat selama 1 sampai 3 hari atau
mengunjungi klinik rawat jalan. perlu dilakukan asesmen awal atau Skrining
kepada pasien untuk mengetahui apakah ia membutuhkan asuhan gizi secara khusus.
Skrining ini dilakukan sekali dalam I sampai 2 minggu untuk rnencegah
terjadinya keadaan gizi salah
Skrining gizi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana oleh perawat atau di
etisien. Yang perlu diperhatikan adalah ada tidakna riwayat. Perubahan berat
badan yang berarti. Perubahan berat badan sebanyak lebih dan ±10% dalam waktu
singkat
menyatakan diperlukanny a asesmen lanjut
. Informasi yang perlu dikumpulkan dalam asesmen awal mi dapat dilihat pada
Tabel 1.1, sedangkan contoh formulir pada Lampiran 1.1. Data asesmen awal dapat
cliambil dari rekam medik dan/atau sebagai hasil wawancara Iangsung dengan
pasien. Asesmen lanjut dilakukan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan gizi
secara khusus. Data yang dikumpulkan adalah data sosial ekonomi, antropometri,
laboratorium, riwayat kuantitatif gizi, dan hasil pemeriksaan klinik . hasil
asesmen yang berupa masalah gizi dan saran dikomunikasikan kepada anggota tim
asuhan gizi lain secara lisan dan/atau tertulis di dalam rekam medik.
a. Data sosial ekonomi
-Latar belakang suku, agama, dan
sebagainya.
-Keadaan ekonomi.
Data ini dikaitkan dengan status gizi
pasien.
b. Data antropometri
-Berat Badan, Tinggi Badan, Berat Badan
Ideal menurut indeks
Massa Tubuh (IMT), Dan perubahan berat
badan yang
Tebal Lemak Bawah Kulit (triseps dan subskapular)
Lingkar Lengan Atas (LLA)
C. Data laboratorium
-Biokimia darah, urine, dan jaringana
yang berkaitan dengan status protein, zat besi, gula, penyakit ginjal, hati,
jantung, dan sebaginya.
d. Data medik
-Riwayat medik: kemungkinan pengaruh penyakit yang
lalu, terapi, pembedahan, radiasi, kemoterapi atau tindakan lain terhadap
kebutuhan, asupan, pencernaan, absorpsi, dan metabolisme zat gizi.
-Hasil pemeriksaan yang berkaitan hal-hal yang dapat
mempengaruhi status gizi.
e. Data riwayat gizi atau diet
- Food recall 24 jam terakhir.
- Frekuensi konsumsi makanan
- Catatan konsumsi makanan selama 3 hari
- Penggunaan suplemen zat gizi
- Pengetahuan tentang gizi
- Sikap terhadap makanan
- Alergi terhadap makanan
- Aktivitas fisik
- Penggunaan obat
Data gizi kemudian disimpulkan dalam bentuk
kecukupan
sesuai kebutahan dan masalah lain yang ditemukan
berkaitan
Contoh formulir pengumpulan data gizi dapat dilihat
pada
1.1.2
Perencanaan Pelayanan Gizi Rawat inap
dan Rawat Jalan
Berdasarkan masalah gizi yang diidentifikasi melalui
tahap asesmen maka ditetapkan rencana pelayanan gizi yang meliputi penetapan
diet (preskripsi diet), tujuan diet, dan strategi mencapai tujuan.
Contoh: Pasien Diabetes Melitus dengan kelebihan
berat badan.
Tujuannya adalah untuk :
(1) Menurunkan glukosa darah hingga mencapai batas
normal dalam waktu 1 bulan.
(2) Menurunkan berat badan secara bertahap hingga
mencapai batas normal dalam waktu 3 bulan.
(3) Mampu memilih jenis dan jumlah makanan yang
sesuai dengan kebutuhan.
Strategi yang dilakukan adalah menetapkan preskripsi
diet yang tepat; menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi, selera
makan, dan kemampuan pasien untuk menerimanya (hanya bagi pasien rawat inap);
memberikan penyuluhan dan konsultasi diet termasuk cara penerapan diet dirumah
pada pasien dan keluarganya. Rencana diet mencakup makanan yang diberikan per
oral, enternal, dan parenteral.
Preskripsi diet menyatakan jenis diet seperti yang tercantu dalam Penuntun Diet. Dalam keadaan khusus,
diet disusun secara individual dengan mencantumkan kebutuhan energi dan zat-zat
gizi, bentuk makanan, frekuensi dan jadwal pemberian, serta besar porsi. Selain
diolah sendiri, makanan dapat diolah dan formula-formula khusus yang diperoleh
dan makanan kemasan yang banyak beredar di pasaran.
1.1.3 Implementasi Pelayanan Gizi
Implementasi pelayanan gizi hendaknya sesuai dengan rencana yang disusun dalam
hal penyediaan diet yang tepat secara oral, enteral, atau parenteral pengukuran
biokimia darah dan urine yang diperlukan, pengukuran antropometri, serta
penyuluhan dan konsultasi gizi yang sesuai.
1.1.4 Monitoring Jan Evaluasi
implementasi pelayanin gizi dimonitor dan dievaluasi
yaitu nilai biokimia darah dan urin, antropometri, asupan makanan, perkembangan
penyakit secara keseluruhan, sikap terhadap makanan, dan pengetahuan tentang
diet yang harus dijalani.
Bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan tidak tercapai, atau timbul
masalah baru, maka dilakukan peninjauan kembali terhadap tiap tahap proses
pelayanan gizi pasien rawat inap dan rawat jalan.
Tatalaksana gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan secara lengkap yang disusun
oleh Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
1.2
Pelayanan Kesehatan Paripurna di Rumah Sakit
Pada pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit, terlibat tiga jenis asuhan (care)
yang pelaksanaannya dilakukan melalui kegiatan pelayanan (service).
Ketiga jenis asuhan ini adalah:
(1) Asuhan Medik (Medical Care) (pengobatan, pembedahan, dan
sebagainya).
(2) Asuhan Keperawatan (Nursing Care) (berbagai kegiatan perawatan)
(3) Asuhan Gizi (Nutritional Care) (pemberian zat gizi optimal sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien)
Ketiga jenis asuhan
tersebut mempUflY peranan masing-masing tapi Saling terkait dan berpengaruh.
1.2.1 Asuban Gizi
Dalam upaya pernenuhan
zat gizi yang optimal pada pelaksanaan asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan
kerjasama yang erat antar berbagai profesi terkait yang bergabung dalam tim
asuhan gizi. Profesi yang terlibat adalah dokter, perawat, dietisien, dan
profesi kesehatan lainnya sebagal pendukung seperti farmakolog, ahli patologi
kilnik, radiologi, rekam medik, dan administrasi. Tiap anggota tim memberi
sumbangan spesifik sesuat dengan keahliannya, yang di terapkan saling mengisi
dalam upaya memberikan asuhan gizi yang optimal. Agar efektif, diperlukan
koordinasi yang baik melalui komunikasi secara teratur, baik secara tertulis
melalui rekam medik , secara lisan melalui diskusi sewaktu waktu, atau melalui
kunjungan keliling (ronde) bersama yang dilakukan secara periodik. Tim asuhan
gizi ini dibentuk di setiap unit rawat inap.
Upaya pemenuhan kebutuhan
gizi untuk pasien rawat inap dilakukan melalui pelayanan gizi dengan penyediaan
makanan atau diet. Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat (critically ill patients),
upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat dilaksanakan, karena berbagai
keterbatasan pada penerimaan, pencernaan, dan penyerapan berbagai makanan (zat
gizi). Untuk pasien demikian, diperlukan pelayanan gizi dengan pemberian
makanan enteral (enteral feeding) atau makanan parenteral (parenteral feeding)
yang dikenal sebagai pemberian gizi pendukung (nutritional support) . Selain itu,
mungkin diperlukan pemberian zat gizi pelengkap (suplemen) dalam bentuk beraneka
jenis vitamin dan mineral.
Peranan beberapa anggota
tim asuhan gizi adalah sebagai berikut:
(1) Dokter
Dokter berperan sebagai
ketua tim asuhan gizi, yang bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Ia menegakkan diagnosa dan menetapkan terapi secara keseluruhan, member
penilaian akhir tentang status gizi pasien, menetapkan preskripsi diet, dalam
mengirim pasien ke dietisien untuk penyuluhan dan konsultasi gizi. Ia melakukan
evaluasi tentang pelayanan gizi yang diberikan berdasarkan masukan dari
dietisient dan perawat serta melakukan perubahan diet bila diperlukan.
(2) Perawat
Perawat merupakan
penghubung utama antara pasien dengan anggota tim lain, karena adanya kontak
Secara terus-menerus dengan pasien. Ia melakukan pemesanan makanan atau diet ke
dapur sesuai preskripsi diet yang sudah ditetapkan. Ia mengamati pasien sewaktu
makan, melaporkan tentang penerimaan pasien terhadap diet yang diberikan,
apakah habis dimakan atau tidak, kemungkinan adanya masalah dengan defekasi
atau hal-hal lain yang berkaitan dengan makanan atau diet yang diberikan. Ia bertanggung
jawab dalam pemberian makanan per oral, enteral, maupun parenteral, dan memberi
laporan secara lisan dan/atau tertulis tentang kemungkinan akibat yang kurang
baik karena pemberian makanan tersebut. Ia memberi penjelasan secara garis
besar kepada pasien dan keluarganya tentang makanan atau diet yang diberikan.
(2)
Dietisien
Dietisien adalah orang
yang mempunyai keahlian khusus tentang hubungan antara makanan, zat-zat gizi,
kesehatan, dan penyakit. Ia mengkaji asupan makanan dan zat-zat gizi pasien
serta kemungkinan hubungannya dengan keadan kesehatan dan penyakit pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian (asesmen) status gizi pasien, ia memberi masukan
kepada dokter tentang kemungkinan terapi diet yang perlu diberikan. Ia
bertanggung jawab dalam menerjemahkan preskripsi diet ke dalarn menu makanan
yang memenuhi syarat diet serta selera makan sehingga dapat diterima pasien,
baik dalam bentuk makanan per oral atau enteral (sonde). Ia rnelakukan monitoring
dan evaluasi terhadap efek diet yang diberikan, baik secara oral, enteral,
maupun parenteral, dan mengkomunikasikannya secara lisan dan/atau tulisan ke
anggota tim lain. Ia memberikan masukan kepada dokter tentang produk-produk
diet atau suplemen gizi yang ada di pasaran, baik yang berkaitan dengan
ketersediaan, komposisi, kegunaan dan kesesuaiannya untuk keadaan tertentu. Ia
juga memberi konsultasi dan penyuluhan diet kepada pasien dan keluarganya
sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.
(4) Farmakolog
Farmakolog adaiah orang
yang bertanggung jawab terbadap obat-obatan dan cairan parenteral yang
dibutuhkan. Ia memberi masukan tentang sifat-sitat farmakokinetik obat,
metabolisme obat, interiksi antara obat dengan obat, serta interaksi antara
obat dengan zat gizi. Ia memberi masukan tentang produk-proroduk enteral dan
parenteral yang ada di pasaran serta menyiapkan cairan parenteral yang
ditetapkan ia melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cairan parenteral
pendukung yang digunakan dan mengusulkan perubahan bila perlu.
(5) ahli patoligi klinik
Ahli patologi klinik
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan biokimiawi yang
dilakukan terhadap pasien. Ia member masukan tentang jenis pemeriksaan yang
perlu dilakukan, kebijakan monitoring, dan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan
biokimia.
1.3 komite
atau panitia asuhan gizi rumah sakit
komite atau panitia
asuhan gizi rumah sakit merupakan wadah yang mengarahkan, mengkoordinasi, dan
mempersatukan kegiatan semua profesi yang terlibat dalam proses asuhan gizi,
seperti prifesi kedokteran yang mewakili semua departemen kedokteran,profesi
keperawatan, gizi atau dietisien, faarmasi, patologi klinik, rekam medic, dan
rumah tangga.komite atau panitia ini diketuai oleh direktur rumah sakit. Tugas komite
atau panitia asuhan gizi antara lain adalah:
1)
melakukan
inventarisasi sistem dan masalah asuhan gizi yang ada.
2)
Menyusun prosedur
baku pada pengkajian status gizi, tindakat terapi gizi, pemantauan, dan
evaluasi asuhan gizi, serta petunjuk pelaksanaannya.
3)
Melakukan pemantauan
dan evaluasi asuhan gizi
4)
Membantu menyelesaikan
masalah asuhan gizi yang ada.