MAKALAH PEMASANGAN SELIMUT HIPOTERMI DAN HIPERTERMI



PEMASANGAN SELIMUT HIPOTERMI DAN HIPERTERMI
( Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah KMB I )
Disusun oleh:
Kelompok 6

Eka Fitriani                 (34400115008)
Humaira                      (34400115016)
Miftahul Vais              (34400115027)
Mutia Hanum              (34400115037)
Saiful Bahri                 (34400115045)

Tingkat II-A/Keperawatan
Dosen Pembimbing
Ns. Yusrawati,S.Kep.,M.Kes

          

AKADEMI KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pemasangan Selimut Hipotermi dan Hipertermi.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yusrawati,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah KMB I di Akkes Pemkab Aceh Utara dan semua pihak yang telah banyak memberikan fasilitas dan informasi sehingga dalam penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Buket Rata, 25 Oktober 2016
      Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................  i
DAFTAR ISI ......................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
       A. Latar Belakang .........................................................................................  1
       B. Tujuan Penulisan .......................................................................................  2
       C. Manfaat Penulisan ....................................................................................  2
BAB II  KONSEP TEORI
 A. Penggunaan Selimut Hipotermi dan Hipertermi………........................... 3
 B. Peralatan.................................................................................................... 3
 C. Langkah kerja ...........................................................................................  4
 D. Pertimbangan Penggunaan Selimut Hipotermi dan hipertermi ................ 10
BAB III  PENUTUP     
       A. Kesimpulan  .............................................................................................. 12
       B. Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
           




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipotermia merupakan gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh sehingga mengakibatkan penurunan suhu tubuh karena tubuh tidak mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat (Lestari,2010). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di eluruh tubuh (Edema Generalisata),menghilangkan reflex tubuh ,koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia apabila suhu tubuh <36 0C.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat (Lestari,2010). Untuk mengatasi hal tersebut perawat dapat melakukan tindakan pemasangan selimut hipotermia/hipertermia sesuai dengan kebutuhan klien.
Penggunaan selimut hipoterrmia/hipertermia dapat didelegasikan kepada personel asisten bila tidak ada resiko komplikasi. Namun, tindakan ini tetap menjadi tanggung jawab perawat untuk menindak lanjuti bahwa perawat yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.
B. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana tata cara pemasangan selimut hipotermi dan hipertermi.
2.      Tujuan Khusus
a.        Mahasiswa mengetahui indikasi penggunaan selimut hipotermi.
b.       Mahasiswa mengetahui indikasi penggunaan selimut hipertermi.
C. Manfaat Penulisan
1.      Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai penggunaan selimut hipotermi dan hipertermi.
2.      Diharapkan makalah ini bisa menjadi salah satu sumber kajian ilmiah bagi perpustakaan kampus.
3.      Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemasanagan selimut hipotermi dan hipertermi yang dapat di pkaktekkan di lembaga pelayanan kesehatan masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Selimut Hipotermia/hipertermia
Klien dapat mengalami demam tinggi dan lama karena penyakit neurologis infeksius dan efek samping anestesia. Salah satu tindakan untuk mengontrol demam adalah selimut hipotermia (pendinginan). Selimut hipotermia adalah selimut karet berisi air yang mensirkulasi larutan dingin (biasanya air distilasi) ke seluruh selimut. Bila klien menggunakan alat ini, selimut pendingin membantu mengurangi suhu tubuh klien (Perry dan Potter,2002)
Sebaliknya, klien yang mengalami suhu tubuh yang abnormal rendah karena pemajanan ekstrem pada dingin atau sebagai akibat hipotermia akibat bedah neurologic atau jantung memerlukan selimut hipertermia (penghangatan) untuk membantu tubuh kembali ke suhu hampir normal. Pada kasus hipertermia atau penghangatan ulang, terapi larutan hangat disirkulasi melalui selimut untuk membantu kembalinya suhu tubuh klien ke normal.
B. Peralatan
1.      Selimut hipotermia/hipertermia dengan panel pengontrol dan pemeriksa suhu rektal.
2.      Seprei atau selimut mandi tipis
3.      Air distilasi untuk mengisi unit bila perlu.
4.      Termometer rektal.
5.      Jeli pelumas
6.      Jaringan
7.      Krim lanolin.
8.      Peralatan untuk mengukur tanda vital.
9.      Sarung tangan sekali pakai.
C.Langkah Kerja
Langkah
Rasional
1.      Ikuti protocol standar (lihat lampiran).

2.      Ukur tanda vital pada klien, status neurologic/mental, dan sirkulasi perifer.

3.      Pastikan bahwa suhu tubuh klien tidak dapat dikembalikan ke normal melalui tindakan intensif yang kurang.

4.      Kaji kulit klien: telinga, tangan, jari-jari, tumit, sacrum, dan penonjolan tulang lain sebelum terapi.

5.      Periksa pesanan dokter dan periksa ganda bahwa suhu klien saat ini memerlukan selimut hipotermia/hipertermia.

6.      Siapkan selimut sesuai kebijakan lembaga dan instruksi pabrik.



7.      Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

8.      Tempatkan selimut pada tempat tidur klien dan dinginkan atau hangatkan lebih dulu. Susu bantalan suhu pada tinggi yang di butuhkan.

9.      Observasi bahwa lampu dingin/hangat menyala.

10.  Pastikan bahwa pembatas bantalan suhu diset pada rentang yang aman.


11.  Tempatkan seprai atau selimut mandi tipis diatas selimut.

12.  Tempatkan klien pada selimut. (untuk hipotermia, tutup tangan klien dan kaki dalam handuk).

13.  Pososikan klien dengan tepat pada selimut agar permukaan tubub klien secara langsung di selimut, sementara pada saat bersamaan menjamin bahwa klien dilindungi dari terjadinya luka tekan atau kerusakan kesejajaran tubuh.

14.  Lumasi probe rectal dan masukkan ke dalam rectum klien.



Mendapatkan data besar untuk digunakan sebagai perbandinngan selama terapi.



Selimut hipotermia/hipertermia adalah tidak dengan resiko dan seharusnya tidak hanya digunakan bila tindakan lain tidak efektif.



Area ini lebih terpajan terhadap selimut hipotermia/hipertermia dan sebagai akibat pada resiko cedera yang lebih tinggi. Data  dasar memungkinkan perawat menentukan dengan bila cedera pada kulit sebagai akibat dari terapi


Institusi terapi memerlukan program dokter.





Lembaga memiliki kebijakan khusus tentang siapa yang harus memelihara alat tetap berfungsi. Setiap jenis selimut baervariasi dari satu pabrik ke pabrik yang lain. Instruksi pabrik ditempatkan di mesin. Baca sebelum menggunakannya.

Mengurangi transmisi mikroorganisme.



Siapkan selimut untuk terapi yang di progamkan.





Memastikan bahwa selimut diset dengan benar untuk membantu mengurangi (dingin) atau meningkatkan (hangat) suhu tubuh klien.

Rentang yang aman mencegah pendinginan /penghangatan yang berlebihan. Selimut secara otomatis mati ketika suhu tubuh sebelum diset tercapai.


Melindungi kulit klien dari kontak langsung dengan selimut, dan juga mengurangi resiko cedera pada kulit.


Mengurangi resiko gengren beku pada area distal tubuh.



Klien mempunyai resiko tinggi terjadi luka tekan karena kulit lembab ditimbulkan oleh selimut dan suhu tubuh klien.






Ketika menggunakan selimut hipotermia /hipertermia, akan lebih baik perawata memilki akses kontinu pada suhu internal.



Kewaspadaan perawat
Material selimut hipotermia/hipertemia itu sendiri dapat menyebabkan kulit klien lembab, sehingga meningkatkan resiko kerusakan kulit.

15.  Periksa ganda termometer cairan pada panel control selimut.

16.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

17.  Pantau suhu klien dan tanda vital tiap 15 menit selama 1jam pertama, tiap 30 menit selama jam kedua, dan tiap jam terapi setelahnya.

18.  Kaji pengontrol suhu otomatis tiap 4 jam dengan mengambil suhu rectal klien dengan thermometer kaca.


Memastikan bahwa suhu bantalan dipertahankan pada tingkat yang diinginkan.




Mengurangi tranmisi microorganism.


Memberikan evaluasi kontinu tentang respons suhu tubuh klien pada terapi awal dan kontinu.




Memastikan keakuratan probe rectal dan alat pengontrol suhu otomatis.



Kewaspadaan perawat
            Bila klien mengalami perubahan suhu tubuh cepat, selimut harus dimatikan, dan terapi perlu disesuaikan.
19.  Tentukan tingkat kenyamanan klien.

20.  Catat data dasar: tanda vital, status neurologi/mental, status sirkulasi perifer, integritas kulit, atur kendali suhu dan respons klien pada terapi bila terapi di mulai.


21.  Lengkapi akhir protocol keterampilan.
Terapi mempunyai potensial menyebabkan ketidaknyamana. Pengkajian cepat mengurangi resiko cedera berat.

Dokumentasikan status klien sebelum terapi, pemberian perawatan, dan respons klien pada terapi.

Respon klien yang membutuhkan tindakan segera
Respon
Tindakan
Suhu inti klien tetap tidak berubah.





Suhu inti klien menurun atau meningkat terlalu cepat.








Klien menunjukkan tanda kemerahan atau kulit terbakar.



Klien mulai menggigil.


Periksa untuk menetapkan bahwa system diset dan berfungsi dengan tepat. Bila berfungsi dengan tepat, beri tau perawat atau dokter yang bertanggung jawab dengan segera.

1.      Laporkan temuan pada pearawat segera.
2.      Penurunan atau peningkatan suhu selimut 1 derajat setiap 15 menit untuk menhindari komplikasi lebih lanjut.
3.      Dokter dapat menhentikan program pengobatan.


1.      Lepaskan selimut segera.

2.      Ketika selimut digunakan ulang, lapisi kulit dengan kain.


Matikan selimut hipotermia atau tingkatkan suhu.

D. Pertimbangan Dalam Penggunaan Selimut Hipotermi dan Hipertermi
1.      Pertimbangan Penyuluhan
Klien dan keluarganya perlu diberi tahu untuk tidak menggerakkan selimut klien.
2.      Pertimbangan Pediatric
Selimut hipotermia menimbulkan resiko tinggi pada anak. Anak memiliki laju metabolic lebih baik dan tubuh lebih besar dalam kaitannya dengan seluruh tubuh. Karena itu, anak berisiko tinggi pada pendinginan berlebihan karena terapi hipotermia (Thomas, 1996).

3.      Pertimbangan Gerontik
Lansia beresiko terhadap karusakan jaringan karena kehilangan sensasi dingin. Periksa klien dengan sering selama semua tindakan.














BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Selimut hipotermia (pendinginan) merupakan selimut karet berisi air yang mensirkulasi larutan dingin (biasanya air distilasi) ke seluruh selimut yang digunakan untuk membantu mengurangi suhu tubuh klien yang demam (hipertermi).
2.      Selimut hipertermia (penghangatan) digunakan untuk membantu mengembalikan suhu tubuh normal pada klien yang mengalami suhu tubuh yang abnormal rendah karena pemajanan ektrem pada dingin atau sebagai akibat hipotermia akibat bedah neurologic atau jantung.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa keperawatan khususnya tentang penggunaan selimut hipotermi dan selimut hipertermi. Kritikan yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Perry,Potter.2000.Keterampilan dan Prosedur Dasar.Jakarta : EGC.
Perry,Peterson,Potter.2002.Keterampialan dan Prosedur Dasar Edisi 5.Jakarta :EGC.
Lestari,L.2010.Cara Mengukur Suhu Tubuh.Http://lusi-lestari.2010.pdf.
Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko
Waspodo.2009.”Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta
                                                          



EmoticonEmoticon